Hasil surveiĀ Bank Indonesia (BI) yang menyimpulkan Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan, cukup presisi. Apalagi survei itu dilakukan pada Desember 2023 lalu, yang memperkirakan dalam 6 bulan kedepan, Gen Z sulit mendapatkan pekerjaan.
Hal itu diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat, adanya situasi yang mengkhawatirkan. Tercatat, sebanyak 9,9 juta Gen Z di Indonesia tidak kuliah dan tidak bekerja.
Angka ini tidak hanya menunjukkan masalah serius dalam transisi generasi muda ke dunia pendidikan tinggi dan pasar kerja. Tetapi juga berpotensi menghambat pemanfaatan bonus demografi serta pencapaian visi Indonesia Emas 2045.
Bonus demografi adalah periode ketika proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai puncaknya, sementara proporsi penduduk usia non-produktif (anak-anak dan lansia) relatif lebih kecil.
Indonesia saat ini berada di ambang bonus demografi yang diperkirakan akan berlangsung hingga 2030. Potensi ini bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi jika sumber daya manusia (SDM) dimanfaatkan secara optimal.
Hasil Survei BI
BI baru-baru ini merilis survei yang menunjukkan bahwa pencarian kerja di Indonesia akan semakin sulit dalam enam bulan ke depan. Utamanya bagi Gen Z peluang untuk bekerja semakin sulit.
Berdasarkan data survei, indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja mengalami penurunan signifikan. Hal itu menandakan bahwa keyakinan masyarakat terhadap ketersediaan pekerjaan semakin melemah.
Survei tersebut menunjukkan penurunan ekspektasi pada semua kelompok usia, dengan penurunan paling signifikan terjadi pada kelompok usia di atas 60 tahun. Kelompok usia 20-30 tahun juga mengalami penurunan indeks ekspektasi yang cukup besar.
Berdasarkan tingkat pendidikan, penurunan ekspektasi paling besar dialami oleh responden dengan pendidikan pascasarjana, diikuti oleh kelompok pendidikan sarjana dan akademi.
Selain itu, survei tersebut juga mencatat penurunan harapan terhadap ketersediaan lapangan kerja pada kelompok dengan pengeluaran bulanan Rp3,1 juta hingga Rp4 juta, yang mengalami penurunan sebesar 6,8 poin.
Meskipun demikian, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara keseluruhan sedikit meningkat dari bulan sebelumnya, mencapai 123,8 pada Desember 2023.
Erwin Haryono, Asisten Gubernur dan Kepala Departemen Komunikasi BI. Beliau menyatakan bahwa peningkatan keyakinan konsumen ini didorong oleh menguatnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE).
Namun, ia juga menekankan bahwa ekspektasi konsumen dijaga. Ekspektasi terhadap kondisi ekonomi dalam enam bulan ke depan tetap kuat, didukung oleh Indeks Ekspektasi Penghasilan.
Dengan demikian, tantangan dalam mencari pekerjaan di masa mendatang masih cukup besar. Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang tepat.
Hal ini guna untuk mengatasi permasalahan ini dan membantu masyarakat dalam menghadapi situasi ekonomi yang tidak menentu.